Lewat sebuah es krim, aku mengenalmu. Lewat segigit es krim, aku tahu siapa dirimu. Ya, segigit es krim coklat yang menari-nari dan menebar manis di lidahku. Kurasa semanis itulah dirimu. Es krim yang tersusun dari manis dan diselubungi kesejukan, kau pegang lembut di tanganmu. Lalu kau kecup manja di bibirmu. Es krim nakal, ia dengan genitnya mencolek pipimu dan meninggalkan bekas setetes manisnya di pipimu. Hey, bolehkah aku mengusapnya? Tidak, kurasa hanya es krim yang boleh menyentuh pipimu.
Es krim, begitu nikmat, begitu sejuk. Namun aku tak pernah merasakan es krim senikmat dan sesejuk ini sebelumnya. Karena sebelumnya aku hanya menikmati es krim sendiri, bersama dingin dan sepi. Es krim, begitu manja di tanganmu. Ia lagi-lagi meneteskan dirinya tepat di jemarimu. Hey, bolehkah aku membersihkan jemarimu? Lagi-lagi tidak, hanya es krim yang boleh menyentuh jemarimu. Kurasa aku harus menjelma sebagai es krim terlebih dahulu.
Es krim. Aku ingin hubungan kita seperti es krim. Begitu sejuk. Begitu nikmat. Begitu manis. Tak pernah kita biarkan meleleh. Kita nikmati dengan manja. Ya, lalu kita biarkan eskrim meleleh pada kita. Pada jemari. Pada mata. Pada pikiran. Pada hati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar